Latar belakang sebuah karya ilmiah merupakan salah satu bagian penting yang mencangkup penjelasan tentang latar belakang masalah, state of the art, novelty, dan tujuan. Latar belakang karya ilmiah menjadi bagian awal yang penting dalam sebuah karya ilmiah. Fungsinya adalah untuk memperkenalkan topik yang menjelaskan mengapa topik tersebut penting dan relevan, memberikan konteks dan latar belakang masalah. Selain itu, tujuan penulisan juga diungkapkan untuk memberikan pemahaman kepada pembaca tentang apa yang ingin dicapai melalui karya ilmiah tersebut.
Latar belakang juga mencakup tinjauan literatur singkat untuk menunjukkan pemahaman penulis terhadap topik dan karya sebelumnya yang relevan. Dengan demikian, latar belakang karya ilmiah berperan penting dalam menarik perhatian pembaca, memberikan konteks, dan mempersiapkan mereka untuk memahami isi karya ilmiah secara keseluruhan.
Ada beberapa kesalahan umum yang sering terjadi dalam menyusun latar belakang karya ilmiah, antara lain:
1. Tidak memberikan konteks yang cukup: Latar belakang harus memberikan konteks yang memadai tentang masalah yang akan diteliti. Terkadang, penulis tidak memberikan informasi yang memadai mengenai kondisi saat ini, isu-isu terkait, atau relevansi topik dalam bidang ilmu atau praktik tertentu. Ini dapat membuat pembaca sulit memahami urgensi dan signifikansi penelitian tersebut.
2. Terlalu luas atau terlalu sempit: Latar belakang yang terlalu luas atau terlalu sempit dapat menyebabkan masalah dalam pemahaman pembaca. Terlalu luas mengacu pada pengenalan yang terlalu umum dan tidak terfokus pada masalah penelitian, sementara terlalu sempit hanya memberikan informasi terbatas tanpa menyajikan gambaran yang jelas.
3. Kurangnya tinjauan literatur yang memadai: Tinjauan literatur yang kuat dan komprehensif adalah bagian penting dari latar belakang. Beberapa kesalahan yang umum adalah tidak melakukan tinjauan literatur yang cukup, hanya mengandalkan sumber yang terbatas, atau tidak menghubungkan penelitian terdahulu dengan topik penelitian secara memadai.
4. Tidak mengidentifikasi kesenjangan (gap) pengetahuan: Latar belakang seharusnya mencakup penjelasan mengenai kesenjangan pengetahuan yang masih ada dalam bidang penelitian. Salah satu kesalahan yang sering terjadi adalah gagal mengidentifikasi dengan jelas kesenjangan pengetahuan yang akan diisi oleh penelitian tersebut.
5. Tidak menyajikan argumen yang kuat: Latar belakang seharusnya memiliki argumen yang kuat untuk mendukung pentingnya penelitian tersebut. Beberapa penulis tidak menyampaikan argumen yang cukup kuat atau tidak memberikan bukti atau alasan yang memadai untuk mendukung urgensi dan relevansi penelitian tersebut.
6. Tidak terhubung dengan tujuan penelitian: Latar belakang harus terhubung dengan tujuan penelitian secara langsung. Terkadang, penulis tidak mengaitkan dengan jelas bagaimana latar belakang masalah membawa pada tujuan penelitian yang spesifik yang ingin dicapai.
Untuk menghindari kesalahan ini, penting bagi penulis untuk memahami minimal lima hal yang harus ada di bagian latar belakang, antara lain:
1. Konteks masalah
Konteks masalah dalam latar belakang adalah memberikan gambaran yang komprehensif tentang situasi atau kondisi yang melingkupi masalah yang akan diteliti. Konteks masalah mencakup informasi yang relevan, seperti latar belakang historis, lingkungan sosial, politik, ekonomi, budaya, atau faktor-faktor lain yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.
Tujuan dari menyajikan konteks masalah dalam latar belakang adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih luas tentang masalah yang sedang diteliti, mengidentifikasi faktor-faktor yang relevan, dan mengaitkannya dengan tujuan penelitian. Konteks masalah membantu pembaca untuk memahami urgensi, relevansi, dan dampak yang mungkin dimiliki oleh masalah tersebut dalam konteks yang lebih luas.
2. Data
Sajikan data karena hal ini yang akan menguatkan bagian latar belakang. Sebagai contoh, jika penelitian membahas tentang tingkat putus sekolah maka sebaiknya tampilkan data putus sekolah yang dikeluarkan oleh lembaga resmi yang berkaitan dengan data putus sekolah tersebut seperti kementerian atau BPS. Data yang ditampilkan akan menguatkan latar belakang sebab tanpa data terkadang pembaca akan meragukan pernyataan yang kita berikan.
Contoh penyajian data,
"Berdasarkan laporan badan pusat statistik (BPS, 2021) menyebutkan bahwa terdapat sebanyak 75.303 orang anak yang putus sekolah pada 2021. Tingkat sekolah dasar (SD) menyumbang paling banyak angka putus sekolah sejumlah 38.716 orang. Kabar baiknya jumlah ini menurun 13,02% dari tahun sebelumnya. Dimana pada 2020, sejumlah 44.516 orang anak yang putus sekolah di tingkat SD. Selanjutnya, jumlah anak putus sekolah di tingkat sekolah menengah pertama (SMP) sejumlah 15.042 orang. Kemudian, sebanyak 10.022 orang anak putus sekolah di tingkat sekolah menengah atas (SMA). Sedangkan, di tingkat sekolah menengah kejuruan (SMK) sebanyak 12.063 orang anak putus sekolah. Putus sekolah terjadi disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya faktor ekonomi, sosial budaya, dan akademik (AAA, 2017). Secara tren, jumlah anak putus sekolah di SD cenderung menurun dalam satu tahun terakhir. Namun, jumlah ini masih menjadi yang tertinggi di antara tingkat pendidikan lain. Putus sekolah erat kaitannya dengan lingkungan sosial dan budaya seperti tekanan dari keluarga, pernikahan dini, atau norma sosial yang mengabaikan pentingnya pendidikan yang dapat menyebabkan siswa menghentikan pendidikan mereka. Padahal, sekolah dasar memberikan dasar pendidikan yang kuat sebab siswa diajarkan memiliki keterampilan dasar, kemampuan sosial, dan dapat mengembangkan potensi individu (BBB, 2019)."
Contoh di atas merupakan paragraf yang mengandung data valid karena data tersebut berasal dari sumber yang kredibel. Hal yang ditekankan disini adalah penyajian data sebagai penguat latar belakang. Dengan begitu, pembaca akan percaya dan setuju dengan apa yang penulis sajikan bahwa tekanan dari keluarga, pernikahan dini, atau norma sosial menyebabkan banyak anak putus sekolah di tingkat SD karena penulis menyajikan data yang relevan sebagai pendukung kalimat utama.
Jika kalimat utama memiliki pernyataan yang perlu dibuktikan maka kuatkan dengan data yang mendukung pernyataan tersebut. Namun, apabila pernyataan yang dimunculkan tidak bisa dibuktikan dengan angka, maka dapat menggunakan referensi dari berbagai sumber yang relevan seperti jurnal atau penelitian terdahulu untuk menguatkan pernyataan tersebut. Seperti contoh di atas yang memperlihatkan bahwa penulis merujuk referensi (AAA, 2017) untuk menyatakan penyebab terjadinya putus sekolah. Hal ini akan menggiring pembaca untuk lebih percaya dengan apa yang kita tuliskan.
Perlu diingat bahwa bagian latar belakang bukanlah tempat untuk berargumen karena bagian ini nanti ada pada bagian pembahasan. Dengan begitu, bagian latar belakang merupakan bagian yang sejatinya berisi data, fakta, dan masalah yang diangkat.
3. State of the art
State of the art (SOTA) merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan karya terbaru yang diakui secara luas dalam suatu bidang tertentu pada saat ini. Istilah ini digunakan dalam berbagai konteks, termasuk dalam penelitian ilmiah. Dalam konteks penelitian ilmiah, "state of the art" merujuk pada penemuan, metode, atau teknologi terbaru yang memberikan kontribusi signifikan dan terkini dalam suatu bidang. SOTA dalam penelitian sering diukur melalui publikasi ilmiah, konferensi, atau penilaian oleh pakar di bidang yang relevan.
Setelah memaparkan data dan masalah, selanjutnya kita akan meramu data dan masalah tersebut dalam dua cara. Cara pertama, membandingkan data dan masalah dengan teori yang sudah ada. Cara kedua, membandingkan data dan masalah dengan penelitian terbaru yang relevan dengan data dan masalah yang diangkat. Biasanya, hal yang paling mudah adalah dengan melakukan perbandingan dengan teori yang sudah ada.
Contohnya,
Kita bisa menggunakan teori permintaan dan penawaran, seperti "berdasarkan teori A bahwa seharusnya seperti ini, namun fakta yang terjadi di lapangan ternyata sebaliknya."
Apabila tidak menggunakan perbandingan teori, maka kita bisa menggunakan cara kedua yakni dengan cara menggunakan literatur atau penelitian terdahulu yang dapat menguatkan fenomena yang terjadi namun kenyataan di lapangan berbeda. Sebetulnya, pada bagian ini, penulis ingin berusaha menunjukkan bahwa masih terdapat celah pada teori atau penelitian terdahulu yang belum bisa menjawab dan menjelaskan masalah yang dikemukakan penulis.
Banyak ahli berpendapat jika latar belakang itu berisi gap antara kondisi ideal dan kondisi real di lapangan. Kemudian, penulis meramunya untuk meyakinkan pembaca bahwa topik yang diajukan layak untuk diteliti. Sebetulnya, pendapat ini menjadi salah satu bentuk dari state of the art, dimana gap yang dimaksudkan diantaranya berupa kondisi ideal vs kondisi nyata, kondisi dulu vs sekarang, teori vs fakta, dan lainnya. Perlu diingat bahwa data dan fakta perlu ditampilkan saat membuat state of the art untuk menguatkan pernyataan yang dibuat.
4. Novelty
Novelty adalah suatu konsep yang mengacu pada kebaruan, orisinalitas, atau sesuatu yang baru dan berbeda dari yang telah ada sebelumnya. Dalam konteks penelitian, novelty merujuk pada kontribusi baru yang dibawa oleh suatu studi terhadap pemahaman atau pengetahuan yang ada dalam bidang tertentu. Ini dapat berupa kontribusi baru dalam teori, metode, data, atau penemuan yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Pentingnya novelty terletak pada kontribusinya terhadap kemajuan pengetahuan dan pemahaman. Dalam penelitian, novelty menjadi salah satu kriteria penting dalam menilai kualitas suatu karya ilmiah, karena penemuan baru dapat membuka pintu bagi penemuan dan inovasi berikutnya. Namun, perlu dicatat bahwa novelty tidak berarti secara mutlak bahwa suatu konsep atau karya harus sepenuhnya baru. Terkadang, novelty dapat muncul melalui pendekatan baru, penafsiran yang berbeda, atau pengembangan lebih lanjut dari penelitian sebelumnya. Yang paling penting adalah adanya sumbangan baru dan signifikan terhadap pengetahuan dan pemahaman yang ada.
Selain itu, kunci pada tahap ini yakni memperlihatkan bahwa ada celah yang belum dijelaskan oleh teori atau penelitian terdahulu. Penulis biasanya merangkum berbagai literatur kemudian mengemukakan celah yang masih bisa digali atau masih terdapat hal yang belum dilakukan peneltian terdahulu untuk kemudian dapat diteliti.
Contoh memunculkan novelty,
"... Peneliti lain mendapati efektifitas online comunity of practice (OCoP) untuk guru dengan syarat kepastian pengelolaan OCoP disesuaikan dengan kebutuhan guru (Moodley, 2019). Selain itu, temuan lain menemukan bahwa OCoP berguna untuk mendukung professional development (PD) untuk guru prajabatan (Ekici, 2017). Beberapa studi telah membahas pelaksanaan PD untuk guru secara online (Hanewald, 2013; Ekici, 2017; Mood, 2019; Grunspan et al., 2021; McLaughlan, 2021), tetapi literatur tentang OCoP dan PD untuk guru dalam jabatan masih minim. Maka dari itu, hal ini lah yang menjadi dasar penelitian ini ..."
Contoh di atas memperlihatkan bahwa peneliti ingin meneliti PD untuk guru dalam jabatan berbasis OCoP dikarenakan penelitian yang berkaitan tentang tema ini masih sedikit. Banyak peneliti yang terkadang berpikir bahwa apabila mereka melakukan penelitian dengan tema yang sama persis dengan penelitian terdahulu namun berbeda tempat penelitian itu sudah dikatakan ada kebaruan. Padahal, itu bisa jadi bukan sebuah kebaruan jika tempat yang diteliti memiliki kesamaan karakteristik dengan penelitian sebelumnya.
Sebetulnya ada tips yang bisa digunakan untuk memunculkan novelty, apa tipsnya?
Untuk dapat memunculkan novelty dari suatu penelitian, salah satunya bisa menggunakan sudut pandang yang berbeda. Contoh, jika peneltian terdahulu meneliti tentang tema A menggunakan sudut pandang atau pendekatan kualitatif, maka kita bisa meneliti tema yang sama dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
5. Tujuan penelitian
Sampaikan tujuan utama dari penelitian secara spesifik dan jelas. Jelaskan apa yang ingin dicapai melalui penelitian, apakah untuk mengisi kesenjangan pengetahuan, memperluas pemahaman, menguji hipotesis, atau memberikan rekomendasi kebijakan. Tujuan di latar belakang harus menjelaskan mengapa penelitian ini penting dan relevan dalam konteks sosial, ilmiah, atau praktis. Hal ini menjelaskan manfaat yang mungkin dihasilkan dari penelitian, baik dalam hal pengetahuan baru, solusi praktis, rekomendasi kebijakan, atau kemajuan ilmiah. Selain itu, tujuan penelitian dalam latar belakang berfungsi untuk memberikan pembenaran dan rasionalisasi yang kuat untuk melaksanakan penelitian.
Dengan menyajikan tujuan penelitian yang jelas dalam latar belakang, penulis dapat memotivasi pembaca untuk melihat pentingnya penelitian dan mengapresiasi kontribusi baru yang diharapkan. Hal ini juga membantu menetapkan dasar yang kuat untuk penelitian yang akan dilakukan dan mengklarifikasi alasan di balik pilihan topik dan metodologi penelitian.
Contoh tujuan penelitian,
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan media gambar kartun pada pembelajaran guna meningkatkan kemampuan dalam menghitung penjumlahan bilangan pecahan pada siswa kelas 3 sekolah dasar"
Demikian lima hal yang harus ada di dalam sebuah latar belakang karya ilmiah. Dengan menyajikan elemen-elemen ini dengan baik, latar belakang karya ilmiah akan memberikan pemahaman yang kuat tentang konteks masalah dan pentingnya penelitian tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya ^^